Notifikasi

Memuat…

Keunggulan Pura Tanah Lot Tabanan Bali

Keunggulan Pura Tanah Lot makin mencolok, ditambah lagi bila dihubungkan dengan riwayat berdirinya Pura Tanah Lot itu terkait dengan perjalanan suci

Keunggulan Pura Tanah Lot

 Keunggulan Pura Tanah Lot
makin mencolok, ditambah lagi bila dihubungkan dengan riwayat berdirinya Pura Tanah Lot itu terkait dengan perjalanan suci (Dharmayatra) Danghyang Dwijendra atau yang di saat walaka namanya Danghyang Nirartha pada proses penebaran agama Hindu di Bali.

Danghyang Nirartha ialah seorang baghawan yang hidup pada periode Kerajaan Majapahit yang berkeliling-keliling Pulau Bali pada sekitaran tahun 1489. Si baghawan datang di Bali lewat Blambangan pada era ke-15, dan disongsong secara baik penguasa Bali di saat itu, yakni Raja Dalam Waturenggong.

Saat lakukan dharmayatra untuk mengajari agama Hindu sampai ke penjuru, beliau sempat stop dan istirahat. Tempat stop itu ada di sebuah pulau kecil yang berdiri di atas batu karang. Tidak lama sesudah Danghyang Nirartha istirahat, berdatanganlah beberapa nelayan dengan bawa beragam persembahan untuk beliau.

Selanjutnya saat malam harinya, Si baghawan sudi memberi saran keagamaan seperti kebijakan dan bersusila ke warga dusun yang tiba menghadap, dan beliau memberi tahu ke warga dusun untuk membuat parahyangan pada tempat itu, karena getaran batin (wisik) beliau dan ada panduan gaib jika tempat itu baik dipakai untuk tempat menyembah Si Hyang Widhi. Selanjutnya, sesudah Danghyang Nirartha tinggalkan tempat itu, dibuatlah sebuah bangunan suci di atas batu karang yang ada di tengah laut.

Dari sini nama Tanah Lot diambil. Tanah Lot terdiri dari dua kata, yakni tanah dan lot. Pemahaman tanah di sini, oleh warga di tempat disimpulkan sebagai batu karang yang seperti pulau kecil (gili), dan lot memiliki arti laut. Hingga, nama Pura Tanah Lot disimpulkan sebagai tempat penyembahan (pura) yang dibuat di atas tanah di tengah-tengah laut.

Di kompleks pura yang ada di tengah laut itu, ada banyak pelinggih seperti meru tumpang tujuh yang ditujukan sebagai tempat penyembahan untuk Dewa Baruna. Warga Bali sering mengatakan dengan Bhatara Segara atau Dalam Tengahing Samudra. Dan meru tumpang tiga dipakai untuk menyembah Danghyang Nirartha atas jasa beliau dalam meningkatkan dan mengajari agama Hindu di wilayah ini.

Di bawah Pura Tanah Lot ada sebuah ceruk seperti goa yang mana didalamnya dapat diketemukan mata air tawar yang disucikan, karena walau tepat ada di bawah pura yang ada di tengah laut tetapi rasanya masih tetap tawar. Beberapa pengunjung yang usaha masuk ke goa itu sekedar untuk membersihkan muka yang dipercaya bisa mengakibatkan tahan lama muda sampai dapat memberi keselamatan dan peruntungan.

Pas di seberang goa ini, pengunjung bisa juga mendapati sebuah goa yang lain ditempati oleh ular laut warna hitam dengan belang putih di badannya. Warga dusun di tempat yakin jika ular-ular itu sebagai jelmaan dari selendang Danghyang Nirartha yang bekerja untuk jaga Pura Tanah Lot ini.

Baca Juga
Posting Komentar