Notifikasi

Memuat…

Pengertian, Tugas, Teknik Dan Cara Menjadi Pranatacara Profesional

Pengertian, Tugas, Teknik Dan Cara Menjadi Pranatacara Profesional - Kali ini Arzha Sentul akan berbagi informasi tentang Pengertian, Tugas

Pengertian, Tugas, Teknik Dan Cara Menjadi Pranatacara Profesional - Kali ini Arzha Sentul akan berbagi informasi tentang Pengertian, Tugas, Teknik Dan Cara Menjadi Pranatacara Profesional yang pastinya sudah lama anda cari.

Piranti evaluasi berupa Pengertian, Tugas, Teknik Dan Cara Menjadi Pranatacara Profesional ini adalah sisi yang tidak dipisahkan dari administrasi guru karena setiap guru harus menyususun piranti pengajaran yang mengepalai bidang pelajaran itu.

Salah satunya type piranti evaluasi yang perlu dibuat oleh Arzha Sentul mata pelajaran tersebut adalah program semester atau Pengertian, Tugas, Teknik Dan Cara Menjadi Pranatacara Profesional .

Program semester adalah program edukasi yang perlu diraih sepanjang satu semester, sejauh masa ini diinginkan beberapa murid kuasai pengetahuan seperti Pengertian, Tugas, Teknik Dan Cara Menjadi Pranatacara Profesional.

Program Semester atau lebih dijumpai dengan kependekan Promes pada intinya adalah sisi dari elemen piranti evaluasi yang harus disiapkan oleh unit evaluasi paling penting Guru Pemegang mata pelajaran.

Fungsinya agar setiap penyelenggaraan pengajaran dapat terwujud mengambil sumber pada unit saat yang dipakai sasaran dari arah program pengajaran dan evaluasi.

Jika bapak/ibu guru kembali membutuhkan piranti evaluasi berupa Pengertian, Tugas, Teknik Dan Cara Menjadi Pranatacara Profesional selengkapnya, Berikut ulasannya:

Pengertian, Tugas, Teknik Dan Cara Menjadi Pranatacara Profesional

Pada kesempatan kali ini, kami akan menyampaikan paparan tentang Pengertian, Tugas, Teknik Dan Cara Menjadi Pranatacara Profesional. Silakan simak artikel di bawah ini.

Pengertian Pranatacara 

Pranatacara atau pranata adicara memiliki padanan makna dengan Master of Ceremony (MC). Dalam istilah Jawa, Pranatacara sering disamakan dengan pambiwara, pranatacara titilaksana, atau pranata laksitaning adicara.

Secara substansial, Pranatacara dimaknai sebagai salah seorang yang memiliki peran atau tugas untuk mengantarkan acara. Semisal, pertemuan, upacara adat, pertunjukan, dan sebagainya. Dalam menunaikan tugasnya, Pranatacara senantiasa tampil dari awal hingga penutupan acara.

Berdasarkan realita, tidak semua orang dapat menjadi seorang Pranatacara yang sempurna. Sebagai bukti, banyak orang dapat menjadi Pranatacara, namun mereka tidak dapat mengemban tugasnya dengan baik. 

Pengertian lain, banyak panata hadicara hanya tampil ala kadarnya. Sehingga penampilan mereka tidak merangsang audience untuk tertarik mengikuti acara yang berlangsung.

Terdapat sutu pendapat, bahwa seorang yang ingin menjadi Pranatacara harus memiliki pribadi yang tangguh. Karena hanya dengan pribadi yag prima, seorang Pranatacara akan mampu membawakan acara dengan menarik dan tidak membosankan.

Seorang Pranatacara  memiliki tanggung jawab besar dan menjadi pusat perhatian. Karena suasana semarak dan nges dari suatu acara adalah sebagian besar menjadi tanggung jawab Pranatacara. 

Seorang Pranatacara, juga harus mampu mengantarkan acara sesuai waktu yang ditentukan. Tidaklah benar, jika ada seorang Pranatacara yang mengucapkan selamat datang pada para tamu. Hal ini dikarenakan, tugas tersebut sudah ditangani orang lain yang telah ditentukan oleh pihak panitia penyelenggara sebagai penyambut tamu.

Hal lain yang perlu diketahui oleh seorang Pranatacara adalah selalu sadar akan suasana dan bekerja sama dengan pihak-pihak lain. Sekalipun demikian, Pranatacara harus mampu mengkoordinir pada pihak-pihak terkait yang terlibat dalam suatu acara (event).

Tugas Pranatacara

Terdapat tiga tugas utama yang harus dilaksanakan seorang Pranatacara, antara lain:

  • memberikan informasi kepada orang lain,
  • memberikan kesenangan kepada orang-orang yang bersedia mendengarkan,
  • meminta kepada audience agar bersedia mendengarkan atau menyimak apa yang disampaikan oleh Pamedar sabda.

Dalam Peribahasa Jawa disebutkan, “Ajining dhiri saka ing lathi, ajining raga saka busana.” Pepatah ini mengajarkan bahwa seseorang yang akan mendapatkan penghargaan (penghormatan) dari orang lain bila selalu bertutur kata yang baik dan santun; serta mengenakan pakaian yang sopan, pantas, dan selaras.

Sebaliknya, seseorang yang selalu berbicara kacau dan kasar; serta mengenakan pakaian tidak sopan, tidak pantas, dan tidak selaras dengan kondisi tubuh niscaya mengundang kritik dan cacian. Meski kritik  dan cacian hanya disuarakandalam batin atau diungkapkan di balik punggung orang tersebut.

Bagi calon Pranatacara, pepatah Jawa yang diungkapkan di muka merupakan dua hal penting untuk diperhatikan. Mengingat peribahasa tersebut mengandung ajaran agar Pranatacara, Pamedar sabda, dan pamwacana senantiasa menerapkan etika berbusana dan berbicara saat tampil di hadapan audience. Bila etika berbusana dan berbicara senantiasa diterapkan; maka hasil yang didapat bisa sempurna.

Etika 

Bagi seorang calon Pranatacara, Pamedar sabda, dan pamwacana harus memperhatikan etika (tata susila) saat tampil di hadapan audience. Etika di sini tidak hanya berkaitan dengan faktor busana, namun juga dalam seni berbicara. Lebih jauh, simak uraian di bawah ini:

1. Busana

Pertama-tama yang harus diperhatikan oleh seorang calon Pranatacara, Pamedar sabda, dan pamwacana sebelum tampil di depan audience adalah busana. Berikut adalah tips yang akan memberikan arahan tentang busana bagi seorang Pranatacara, Pamedar sabda, dan pamwacana:

a. Tidak Harus Mewah dan Baru

Busana yang dikenakan oleh Pranatacara, Pamedar sabda, dan pamwacana tidak harus mewah dan baru. Pengertian lain, Pranatacara, Pamedar sabda, dan pamwacana cukup mengenakan pakaian bersih, layak pakai, dan rapi.

b.Selaras Dengan Tubuh

Menyelaraskan ukuran atau motif pakaian dengan tubuh merupakan sesuatu yang harus dilakukan, misalnya, bagi seorang bertubuh gemuk-pendek, hendaklah mengenakan busana yang sedikit ketat dan bermotif garis-garis vertikal. Bagi seorang bertubuh kurus-tinggi, hendaklah mengenakan busana yang sedikit longgar dan nbermotif garis-garis horizontal.

c.Selaras Dengan Acara

Berbusana harus diselaraskan dengan acara yang akan diberlangsungkan. Misalnya, bila acara pesta pernikahan ala tradisi Jawa; maka Pranatacara, Pamedar sabda, dan pamwacana harus mengenakan serangkaian busana yang meliputi blangkon, surjan, jarit, slop, dan bisa ditambah dengan asesori pendhok. 

Bila acara lamaran yang sederhana, bisa mengenakan baju batik lengan panjang, celana panjang, sepatu, dan peci. Bila acara pengajian, bisa mengenakan pakaian islami.

2. Berbicara 

Selain etika berbusana, seorang Pranatacara, Pamedar sabda, dan pamwacana harus memperhatikan etika dalam berbicara. Oleh sebab itu, etika seni berbicara harus dikuasai. Berikut beberapa hal yang dilakukan:

a. Tidak Menyinggung Hadirin

Sungguh tidak terpuji bila ada seorang Pranatacara, Pamedar sabda, dan pamwacana menyinggung salah seorang atau beberapa orang hadirin. Karena dengan melakukannya, secara tidak langsung telah mempermalukan mereka di hadapan umum. Sekalipun itu hanya berupa gurauan, namun jangan sekali-kali  dilakukan. 

b.Jangan Berkata Jorok dan Kasar

Sekalipun hanya gojegan (berkelakar), jangan sekali seorang Pranatacara, Pamedar sabda, dan pamwacana berkata jorok. Karena hal itu akan mengundang kesan tidak memiliki pribadi baik. 

Selain itu, jangan sesekali berkata kasar kepada audience yang tidak memperhatikan jalannya acara. Sebaliknya, Anda harus mawas diri. Barangkali audience  yang tidak memperhatikan jalannya acara lantaran penyampaian kata yang kurang maksimal.

Kiat Sukses Pranatacara Profesional

Agar acara dapat berlangsung dengan baik, seorang Pranatacara harus melaksanakan langkah-langkah cerdas. Berikut adalah kiat sukses yang harus dilaksanakan seorang panata hadicara:

1. sebelum acara dimulai, hendaklah Pranatacara sudah datang terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar Pranatacara mengetahui terlebih dahulu mengenai susunan acara yang dipersiapkan panitia penyelenggara,

2. mengetahui dan menghafal susunan acara,

3. mengetahui secara detail tentang beberapa hal, antara lain:

a. pokok acara, waktu, dan tempat penyelenggaraan acara,

b. siapa yang bertanggung jawab dalam acara tersebut,

c. siapa saja yang akan melaksanakan tugas dalam acara tersebut,

d. bagaimana jalannya acara,

e. perlengkapan apa saja yang digunakan,

f. waktu yang ditentukan dari awal hingga selesai acara,

4. Pranatacara sebaiknya dapat melaksanakan tugasnya tanpa membaca teks,

5. Pranatacara harus dapat menyebutkan segala hal dengan benar dan lengkap,

6.  Pranatacara harus mengikuti setiap acara,

7.  Pranatacara harus mengikuti permintaan dari penyelengara hajat,

8.  Pranatacara harus mengikuti petunjuk dari panitia,

9. Pranatacara harus bekerja sama dengan seluruh pihak baik panitia maupun penyelenggara acara,

10.  Pranatacara harus dekat dengan panggung atau arena acara,

11. Pranatacara harus menarik di hati audience,

12. Pranatacara harus menyelaraskan  keluarnya jamuan, pertunjukan, dan acara lainya,

13. Pranatacara harus mampu mengendalikan suasana.

Hal-hal yang perlu diperhatikan Pranatacara Profesional

Sebelum menjadi orator ulung atau seorang pembicara di depan umum yang baik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan untuk dapat menjadi seorang orator yang baik:

1. Teknik Berbicara

Hal penting yang patut menjadi perhatian saat berbicara di depan umum adalah teknik berbicara. Teknik berbicara ini sangat penting untuk mendukung kesuksesan public speaking. Seorang Pranatacara harus memperhatikan kemampuan suara yang dimiliki, gestur dan sikap yang baik. Berikut penjelasannya. 

a. Melatih Suara

Suara merupakan salah satu bagian yang penting dalam seni berbicara, karena suara yang baik akan menciptakan suasana menjadi hidup. Hal yang patut disyukuri adalah bahwa setiap manusia memiliki suara berbeda sehingga setiap orang memiliki ciri khas dan unik. 

Dengan latihan berbicara secara teratur akan menghasilkan suara yang berkualitas dan berciri khas. Perlu diperhatikan bahwa secara lahiriah, ada orang yang bersuara kecil dan keras. Suara yang kecil tentunya akan menyulitkan orang tersebut untuk tampil, begitu pula dengan suara yang keras belum tentu menjamin bahwa seseorang dapat menyampaikan isi pembicaraannya.

Adapun yang menjadi perhatian:

a. Intonasi
Sebaiknya suara tidak datar, tetapi mengandung irama atau berirama
b. Artikulasi
Setiap kata yang diucapkan haruslah jelas benar, sehingga mudah dimengerti atau dipahami
c. Phrasing
Dalam berbicara sebaiknya memberikan jeda agar dimengerti
d. Stressing
Memberikan energi dalam suara, agar tidak menimbulkan kesan loyo
e. Infleksi
Lagu kalimat, perubahan nada suara, hindari pengucapan yang sama bagian setiap kata (redundancy). Infleksi naik menunjukkan adanya lanjutan kalimat atau menurun untuk menunjukkan akhir kalimat

Teknik memproduksi suara dengan memperhatikan:

a. Speed
kecepatan suara dalam prantacara harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Jangan telalu cepat atau terlalu lambat.
b. Volume
Dalam memandu sebuah acara misalnya menjadi MC Wedding, suara yang dihasilkan harus bulat dan maksimal. seorang Pranatacara yang baik harus bisa menyesuaikan kebutuhan lapangan.
c. Tone
Tinggi rendah nada suara harus diperhatikan. Ini bertujuan agar pendengar tidak merasa bosan selama acara berlangsung
d. Timbre
usahakan menggunakan suara yang ekspresif sebagaibentuk apresiasi pada acara tersebut.
e. Power
Kekuatan suara pranatacara yang dihasilkan harus tepat sesuai dengan pemakaian kata.
f. Nafas
Gunakan suara perut, karena suara yang dihasilkan lebih dalam karena lebih terasa nyaman untuk didengar.

2. Bahasa Tubuh yang Wajar

Salah satu sarana pendukung public speaking adalah gerakan tubuh dan ekspresi saat berbicara. Gerakan tubuh dan ekspresi ini akan sangat mendukung kesuksesan kita dalam berbicara. Saat kita berbicara tidak dapat dipungkiri bahwa kita juga melibatkan bahasa non-verbal yang bisa ditangkap oleh pendengar. 

Komunikasi non-verbal ini mempunyai sifat antara lain: dilakukan secara tidak sadar, suatu emosi yang sesungguhnya, intuitif, infornal, isi kebenaran dapat dipercaya. Jika memaksakan diri berpose alami, kita akan menjadi tidak nyaman dan sangat menggelikan. Dan kalau anda merasa tidak enak, kita akan terkesan berbohong, meski sebenarnya tidak.

Dalam tabel berikut ini dapat dilihat pesan positif dan negatif yang dapat terungkap dalam komunikasi non-verbal.

Non

Verbal

Pesan

Positif

Pesan

Negatif


Ekspresi

wajah

Senyum

Mulut santai

Tajam perhatian

Siap mendengarkan

 

Membisu

Tegang

Senyum masam (cemberut)

Mengangkat alis mata

Mengerutkan dahi


Mata


Tatapan melebar

Kontak yang baik

Terbuka lebar


Melihat ke bawah

Tidak ada kontak

Menyempit

 

 

 

Kepala

 

Tegak lurus

Mengangguk ke atas dan ke bawah

 

Menggeleng ke belakang dan ke depan

Miring

menunduk


Posisi

Tubuh

 

 

Terbuka

Tegak

Bersandar ke depan

 

 

Lengan bersilang

Kaki bersilang

Acuh tak acuh


Sikap

Tangan

 

Tangan terbuka

Meninggi

Tangan ke dada

menyentak

 

Memetik jari

Menutup mulut

Mengayunkan jari

Tegang

 

a. Wajah

Dalam pelatihan bahasa non-verbal ini sangatlah penting untuk menyesuaikan suara dengan gerak tubuh. Misalnya saat mengacungkan telunjuk, sambil mengeluarkan suara lantang. Jika bernada pelan, ia akan menggerakkan bibirnya secara pelan. 

Hal yang perlu menjadi perhatian adalah mencocockkan ekspresi wajah dengan ucapan. Jika ada kontradiksi antara ucapan dan ekspresi, akan menyampaikan sesuatu yang dibuat-buat. Tetapi sebagian orang memiliki kemampuan untuk melakukan kontradiksi antara ekspresi dengan ucapan. Oleh karena itu dalam berbicara di depan umum sangatlah ditekankan ekspresi wajah disesuaikan dengan perasaan, intonasi, dan uraian isi yang dibicarakan.

b. Mata

Sorotan mata seseorang memiliki kekuatan yang dapat mempengaruhi pribadi orang lain. Seperti seorang wanita dapat menjadi terpesona dan bergetar hatinya kepada seorang pria karena tatapan matanya. 

Tatapan mata yang genit dari seorang wanita yang mampu mengalihkan hati dan perasaan seorang pria. Namun, ada juga seseorang yang memiliki sorotan mata yang menakutkan sehingga banyak orang berusaha untuk menghindarinya. 

Perlu diingat bahwa sorotan mata yang baik dapat memberikan suasana yang hidup.

c. Kepala

Ketika kita mendengarkan dengan seksama, maka secara otomatis bahasa tubuh yang tepat akan mengikuti. Misalnya saat kita menganggukkan kepala, menunjukkan bahwa kita perhatian dengan topik pembicaraan, atau menggeleng sedikit secara simpatik atau kagum. Tindakan tersebut hendaknya dilakukan pada saat yang tepat.

d. Mulut

Mulut memiliki peran yang sangat penting dalam berkomunikasi. Karena perkataan seseorang dapat terbaca pada setiap gerakan mulut orang tersebut. Namun bagian penting yang perlu dilatih adalah bibir dan lidah. Maka dalam setiap pembicaraan hendaklah lidah harus diposisikan dengan baik sesuai dengan alur kata yang terungkap. 

Bagian yang lain adalah bibir. Gerakan bibir yang beragam dapat memberikan daya tarik bagi pendengar. Jika sedang marah bibirnya cemberut atau ketika senang bibirnya selalu tersenyum. Namun perlu diperhatikan agar tidak berlebihan dalam menggerakkan bibir. Maka sungguh baiklah bila latihan dilakukan di depan cermin. 

Perhatikan gerakan bibir dan harmonisasi dengan materi yang diucapkan. Perlu kesabaran yang tinggi, karena emosi dalam diri dapat mengganggu konsrentasi pergerakan bibir sehingga menjadi tegang.

3. Rasa Ketertarikan Pada Orang Lain

Kita tidak akan dapat berbicara dengan sukses di hadapan umum jika tidak menunjukkan rasa simpati atau ketertarikan kepada pendengar atau audience kita. 

Saat berbicara di depan umum kita harus menunjukkan rasa ketertarikan kepada mereka. Hal ini dapat dianalogikan dengan ketertarikan seorang anak terhadap mainannya atau barang kesukaannya. Membuat diri kita berubah menjadi seperti anak-anak, masuk ke dalam dunia mereka, dan membaur dengan mereka. 

Kita harus berbicara tentang sesuatu yang diminati mereka. Walaupun hal-hal yang menarik perhatian itu sangat tergantung pada situasi dan latar belakang khalayak/hadirin, namun hal-hal yang bersifat baru dan indah, hal-hal yang menyentuh rasa kemanusiaan, petualangan, konflik, atau  hal-hal yang memiliki manfaat nyata bagi para tamu

Sedapat mungkin kita harus akrab dan memahami jalan pikiran serta kebutuhan batin mereka. Kita harus mampu untuk menyentuh hati khalayak yaitu segi perasaan, emosi, harapan, kebencian, dan kasih sayang mereka (pathos). 

4. Perluas Pengetahuan

Topik harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan Anda. Topik yang paling baik adalah topik yang memberikan kemungkinan bagi kita lebih tahu daripada khalayak, pembicara harus lebih ahli dibandingkang dengan kebanyakan pendengar. 

Seperti yang telah diungkapkan oleh Aristoteles bahwa seorang pembicara harus sanggup menunjukkan kepada pendengar bahwa dirinya memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya, dan status yang terhormat (ethos).

Ini menjadi salah satu cara untuk mempengaruhi orang yang diajak berbicara. Yang selanjutnya adalah meyakinkan khalayak dengan mengajukan bukti atau yang kelihatan sebagai bukti. Di sini pembicara pembicara mendekati pendengarlewat otaknya (logos). 

Dalam pendekatan melalui logos, Aristoteles menyebutkan dua cara untuk mempengaruhi pendengar yaitu: entimem dan contoh. 

Entimem (Bahasa Yunani: “en” di dalam dan “thymos” pikiran) adalah sejenis silogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan. Disebut tidak lengkap, karena sebagian premis dihilangkan.

Contoh Panatacara Pasrah Panampining Lamaran

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Panjenenganipun para sesepuh, para pinisepuh ingkang hanggung mastuti dhumateng pepoyaning kautaman ingkang pantes pinundhi, para duta saraya saking kadang besan sutresna ingkang pantes kinurmatan, para lenggah kakung putri, kadang wredha ingkang winantu ing suka basuki.

Mradapa keparengipun Bp. ... sekaliyan sumrambah para kulawangsa ing kalenggahan punika kula piniji pinangka pambiwara wontenipun upacara pasrah panampining upakarti miwah lamaran kinarya jejang keping tata cara salaki rabi.

Namung saderengipun sumangga nun kula dherekaken ngaturaken puji syukur wonten ngarsa dalem Allah Ingkang Maha Agung, karana ageng barokah saha rahmat ingkang sampun kaparingaken dhumateng panjenengan sedaya dalasan kula.

Sinawung raos syukur, mugi lampahing adicara pasrah panampi paningsetan saha upakarti pinangka jejangkeping palakrama tansah pinaringan rahayu tebih ing sambekala.

Nun inggih para lenggah ingkang sinuba ing pakurmatan, keparenga panatacara murwani lekasing sedya ingkang punika enggal badhe binuka lampahing upacara pasrah panampi kanthi ngaturaken reroncening adicara ingkang rinantam para kulawangsa.

Tinarbuka atur pambagyaharja saking ingkang hamengku gati dening pangarsaning duta saraya pinangka sulih salira saking badhe/ calon kadang besan. Atur panampi dening tetuwangga ingkang pinangka sulih saliranipun Bp. ... ingkang mengku gati. Kaleksananing adicara liru kalpika (menawi wonten). Tanggap wacana sawetawis saking pinisepuh ingkang tumuju dhumateng kasaenan (menawi wonten). Paripurnaning sedya hambok bilih ing mangke wonten pratandha saking kulawarga minangka paran para.

Makaten para tamu saha para lenggah urut reroncening tata adicara pasrah lamaran ingkang sinanggit dening para kulawarga, kasuwun wontena suka lilaning penggalih para lenggah tansah hanjenengi ngantos dumugi purnaning gati.

Nuwun, matur nuwun

Wassalamu’alaikum wr.wb

Demikian artikel tentang Pengertian, Tugas, Teknik Dan Cara Menjadi Pranatacara Profesional. Semoga bermanfaat. Nuwun.

*Tulisan ini diambil dari buku Pengantar Pranatacara karya Sayuti Anggoro yang diterbitkan oleh Griya Jawi Semarang.

Baca Juga
Posting Komentar