Notifikasi

Memuat…

Sosok Ibunda Presiden Indonesia Pertama Soekarno

Sumber foto wikipedia

IDA AYU NYOMAN RAI adalah ibu dari Soekarno, presiden pertama Indonesia. Ida Ayu Nyoman Rai lahir sekitar tahun 1881, anak kedua dari pasangan Nyoman Pasek dan Ni Made Liran. Sebagai seorang anak, orang tuanya memberinya julukan "Srimben", yang berarti makanan kaya yang dapat membawa kebahagiaan bagi Bhatari Sri. Saat remaja di Banjar Bale Agung, Nyoman Rai Srimben bertemu dengan Made Lastri, yang kemudian memperkenalkannya dengan seorang guru Jawa pendatang bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo. Keduanya kemudian menikah pada tahun 1897 tanpa restu orang tua Nyoman Rai Srimben. Putri pertama mereka Raden Soekarmini (dikenal juga sebagai Bu Wardoyo) lahir pada tanggal 29 Maret 1898. Kemudian mereka pindah ke Surabaya.

Pada tanggal 6 Juni 1901, Nyoman Rai Srimben melahirkan Soekarno di sebuah rumah dekat Pemakaman Belanda di desa Pandean III, Surabaya. Nyoman Rai Srimben menggunakan bekal spiritual Hindu yang telah dipelajarinya untuk mendidik kedua anaknya. Enam bulan kemudian, Nyoman Rai Srimben harus pindah bersama suaminya ke sebuah kota kecil di Jalan Ploso (Jombang) tempat kedua anaknya sering sakit. Karena alasan kesehatan, Nyoman Rai Srimben sempat harus berpisah dengan Soekarno untuk dirawat dan diasuh oleh mertuanya di Tulung Agung. Dia merawat Sukarno lagi ketika dia harus mengikuti suaminya untuk pindah ke Moyokoto. Putri sulungnya juga menikah di Moyokto dan kemudian tinggal bersama suaminya.

Persoalan muncul ketika Srimben dihadapkan pada kepindahan suaminya ke Blitar sekaligus menghadapi kenyataan Soekarno untuk sekolah di Surabaya. Akhirnya ia mengikuti kepindahan suaminya ke Blitar dan Soekarno dititipkan di rumah HOS Cokroaminoto untuk meneruskan sekolah di Surabaya. Di Blitar, Nyoman Rai Srimben tinggal di asrama sekolah yang sekarang menjadi Sekolah Menengah Umum I Blitar dan dipercaya untuk mengelola asrama sekaligus mengurus makan para pelajar yang tinggal di asrama tersebut.

Isu lain yang mengkhawatirkan adalah berita bahwa Sukarno ditahan di Lapas Sukamiskin di Bandung. Nyoman Rai Srimben pergi ke Bandung dan kemudian ke Lapas Sukamiskin karena buta politik dan ia langsung menanyai petugas Lapas. Dia tidak mendapat jawaban, hanya teriakan dan diusir dari pusat penahanan. Sejak itu, keluhan Neoman Ray Slimburn tak terbendung, dan di mana pun dia melihat pria Belanda itu, dia menunjukkan ketidaksenangan. Sementara rumahnya di Blitar diawasi karena anaknya menentang pemerintahan kolonial Belanda. Nyoman Rai Srimben menceritakan apa yang terjadi padanya di Rutan, sehingga pada akhirnya R. Soekemi memutuskan untuk pensiun dini sebagai guru di Kementerian Pendidikan Belanda di Batavia.

Pensiunan Nyoman Rai Srimben terus menemani suaminya di Blitar sambil menunggu surat, laporan surat kabar atau rumor tentang putranya Soekarno yang dibawa oleh kerabat atau kenalannya di dalam dan sekitar Rutan. Ketika Nyoman Rai Srimben mendengar anaknya menceraikan Inggit dan kemudian menikah dengan Fatmawati, kehidupan Blitar kembali kacau dan semua berita itu ditanggapi dengan tegas. Hasil pernikahan Soekarno dengan Fatmawati melahirkan cucu yang sangat diharapkan Nyoman Rai Srimben dan R. Soekemi. Nyoman Rai Srimben dan R. Soekemi menyaksikan kelahiran cucu mereka di Jakarta.

Kebahagiaan Nyoman Rai Srimben tidak berlangsung lama karena R. Soekemi jatuh dan jatuh sakit parah saat berjalan di Jakarta, akhirnya meninggal pada 18 Mei 1945. Kemudian Nyoman Rai Srimben kembali ke Blitar. Di tahun-tahun terakhirnya ketika Sukarno menjadi "manusia pertama" Republik Indonesia, Neoman Ray Slimben tidak pernah berpikir untuk menginjakkan kaki di Istana Negara. Nyoman Rai Srimben menjadi cikal bakal perkawinan antarsuku, sehingga mungkin menginspirasi Sukarno untuk menyatukan Nusantara ke dalam Republik Indonesia.

Baca Juga
Posting Komentar