Arti Sikap Asana dan Pranayama Dalam Tri Sandya
Balimekenyem.com - Puja Tri Sandya adalah satu di antara puja mantra yang sangat terkenal di Bali. Puja ini dilantunkan tiga kali dalam sehari. Puja Tri Sandya juga di sebut salah satu di antara puja mantra yang sangat terkenal di Bali.
Puja ini dilantunkan tiga kali dalam sehari yaitu pada Pukul 06.00 pagi, pukul 12.00 siang, dan pukul 18.00 sore.
Termasuk dilakukan sebelum panca sembah, baik di merajan masing-masing ataupun di pura-pura.
Kami merangkum dari berbagai sumber. Apa makna sikap asana, Pranayama dan Karasodana di dalam Tri Sandya.
Asana adalah sikap pemujaan atau persembahyangan dimulai dengan mengambil sikap duduk yang baik. Sesuai dengan aturan persembahyangan, yakni perempuan mengambil sikap Bajrasana, yaitu duduk bersimpuh (matimpuh) dengan badan tegak lurus.
Kemudian yang pria, mengambil sikap Padmasana, yaitu bersila dengan kedua kaki kanan dan kiri dilipat. Atau disebut juga Suastikasana (bersila biasa).
Duduk bersila dengan pandangan lurus ke ujung hidung. Serta posisi badan tegak lurus.
Apabila tidak memungkinkan, untuk melakukan kedua posisi tersebut. Maka dapat dilakukan dengan sikap Padaasana yakni berdiri tegak.
Namun perlu diketahui, sikap yang baik adalah duduk bersila bagi laki-laki dan bersimpuh bagi wanita. Dengan posisi yang paling nyaman saat bersembahyang.
Mantra yang diucapkan saat telah duduk adalah 'Om Prasadja Sthiti Carita, Siwa suci nirmala namah'. Arti dari mantra tersebut adalah, O Hyang Widhi hampa puja Hyang Widhi dalam wujud Siwa suci dan tak ternoda, hamba telah duduk dengan tenang.
Kemudian setelah itu, adalah sikap Pranayama yakni suatu upaya mengendalikan keluar masuknya energi alam atau energi ilahi ke dalam tubuh.
Sehingga akan dapat mengendalikan pikiran secara penuh. Dan dapat memusatkan pikiran serta berkosentrasi.
Pikiran ini diutamakan dan ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan cara membayangkan simbol-simbol atau gambar kebesaranNya. Bisa juga dewa-dewi, atau keindahan palinggih sebagai stana suci beliau.
Selanjutnya membayangkan sinar suci Hyang Widhi, memancar bagai kebaikan cahaya matahari sebagai sumber kehidupan. Termasuk membayangkan aksara suci Hyang Widhi yakni aksara Ongkara.
Kemudian membayangkan simbul Padma Asta Dala, atau membayangkan arca dewa-dewi.
Tujuannya adalah menuntun dan memusatkan pikiran kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta manifestasi beliau.
Sehingga pikiran yang suci dan jernih, mampu terhubung dengan beliau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Pranayama ini terdiri dari tiga bagian. Pertama menarik nafas pelan-pelan dan mengucapkan mantra 'Om Ang Namah'.
Kedua, menahan napas pelan-pelan dengan ucapan 'Om Ung Namah'. Serta ketiga, menghembuskan napas pelan-pelan dengan mengucapkan 'Om Mang Namah'. Dilakukan dengan tenang agar jiwa dan pikiran juga tenang.
Selanjutnya adalah Karasodana, atau tahapan memohon penyucian tangan kehadapan Hyang Widhi Wasa. Sebab tangan yang akan digunakan untuk menyembah Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Agar suci dengan bersih secara niskala diberi mantra. 'Om sudha mam swaha'.
Artinya, oh Hyang Widhi semoga disucikan tangan hamba. Posisi telapak tangan, pada saat tersebut adalah telapak tangan kanan di atas tangan kiri. Diletakkan setinggi ulu hati.
Selanjutnya posisi dibalik, telapak tangan kiri di atas telapak tangan kanan.
Lalu dengan mantra 'Om ati sudhamam swaha' yang artinya oh Hyang Widhi semoga semakin disucikan tangan hamba.
Kemudian dilanjutkan dengan mantra pembersihan mulut. Yakni mengucapkan 'Om waktra suddhamam swaha' yang artinya Om Hyang Widhi sucikan mulut hamba ini.
Terakhir sebelum memulai Tri Sandya, adalah sikap Amustikarana. Sikap tangan dengan posisi setinggi ulu hati, di mana ibu jari tangan kanan menyatu dengan ibu jari tangan kirinya, dan menempel di depan ulu hati.
Badan tegak lurus baik dengan sikap Bajraasana ataupun Padmasana dan mata dipejamkan. Pandangan kedua mata ke ujung hidung atau yang disebut Angranasika. . Sumber