Notifikasi

Memuat…

Persepsi Masyarakat Bali tentang Ilmu Leak

Persepsi Masyarakat Bali tentang Ilmu Leak

Benarkah Ilmu Leak di Bali itu Ilmu Hitam (Black Magic)?
rerajahan ilmu leak bali
salah satu contoh rerajahan leak bali
Agama Hindu adalah agama yang mengambil sumber dari Weda dan adalah agama yang bawa dampak besar untuk kebudayaan warga indonesia biasanya dan terutamanya di Bali. Agama hindu adalah agama wahyu yang terterima oleh maharsi berdasar pengalaman spritual, dalam kitab-kitab (upanisad) pengalaman - pengalaman ini memiliki sifat langsung dan prima. Kemampuan religius maharsi sanggup dengarkan suara alam yang diwahyukan Tuhan dan dipercayai oleh umat manusia selaku seebuah tuntunan agama yakni agama Hindu (Shivananda, 2003:2)

Kemampuan spritual yang terterima oleh maharsi adalah peninggalan ke semua umat manusia untuk capai kebebasan. Dalam kitab suci Weda terdiri dari 4 jenis sisi yang dicatat dengan bahasa sansekerta kuno, bahasa suci india dan Weda adalah kewenangan religius yang paling tinggi untuk sebagian besar adat hinduisme. Setiap sisi Weda mempunyai beberapa masa berlainan peluang di antara tahun 1500 dan 500 SM. Sisi paling tua dari Weda ialah Reg Weda yang berisi kidung sanjungan dan doa-doa suci diteruskan dengan ritus-ritual pengorbanan yang terkait dengan kidung sanjungan vedik dan paling akhir ialah kitab-kitab upanisad. Kitab upanisad berisi berkenaan intisari pesan spritual hinduisme, filosofis dan praktisnya (Capra, 2000:80).

Veda ialah catatan keagamaan yang terpenting dan sudah jadi adat-adat rutinitas dari bangsa Aryan. Weda yang paling akhir dan terkini ialah Atharvaveda.Veda ini tidak terhitung dalam Trayividya, yang menunjukkan asal awalnya yang paling akhir ini. Seperti tiap sisi atau pembagian Veda, Atharvaveda mempunyai beberapa tanda fundamental dari beberapa Veda yang sudah dipeajari oleh beberapa orang yang menganggap menarik. Beberapa bagian Veda mereka mempunyai panduan-petunjuk spesial sendiri, tapi saat kami mengulas Atharvaveda, mereka terlihat seperti simpan satu kehidupan dengan seluruh tujuan dalam cita-citanya. Mistis alam yang sekurang-kurangnya terang, doa-doa yang suci, implementasi dari persembahan (yadnya), obat untuk beberapa penyakit, pernikahan, perkembangbiakan keluarga, skema sosial, pelindung diri dan sebagainya. (Sayanacarya: 2005.

Pengetahuan Pangleakan secara tersurat dan tertulis jadi ikon tuntunan kadiatmikan warga Bali. Begitupun perubahan pengetahuan pangleakan yang perlahan beralih menjadi tuntunan menyimpang khususnya tuntunan pangiwa yang dikenali dengan pengetahuan pangleakannya, sebab tuntunan yang dipakai membuat perlindungan kerajaan dan pandemi penyakit diganti oleh perombakan jaman, seperti mekanisme bermasyarakat yang saat ini mulai menghilang. Jadi sama-sama membuat perlindungan dan jaga antar sama-sama tak lagi jadi peranan dari pengetahuan pangleakan dan banyak peran dari pengetahuan pangleakan ini yang sudah diganti oleh mesin-mesin kekinian, berlainan dengan jaman dahulu siapa saja yang kuasai pengetahuan pangleakan sampai tingkat tinggi, secara automatis pemula yang baru belajar kuasai pengetahuan itu akan menghargai yang lebih kuasai pengetahuan itu, hingga orang yag kuasai pengetahuan Pangleakan yang telah capai tigkatan paling tinggi, akan selalu menyukai atau menaungi warga dan kerajaannya,karena itu kerajaan dan rakyatnya bertambah agung dan serasi.

Penekun pengetahuan pangleakan menyebar di sejumlah daerah Bali, hingga banyak daerah mempunyai banyak adat upacara local brilian yang dikerjakan nyaris tiap tahunnya. Ritus yang unik adalah di saat upacara ngerebeg atau ngelawang, Ida Bhatara baik ratu gede dan ratu ayu yang berbentuk barong/rangda mesolah di catus pata sampai di tepian dusun, sekalian mengundang penekun lmu pangleakan (Leak) supaya tiba ke tempat Ida Bhatara masolah, selain itu berdasar letak geografisnya ada di wilayah persawahan dan tegalan,yang memungkinkan banyak orang pelajari pengetahuan Pangleakan sebab sejumlah besar penduduknya homogen beragama hindu dan sejumlah besar karier warga yang beragam macam.

Artikel ini coba mengulas berkenaan pemahaman warga bali berkenaan pengetahuan pangleakan yang biasanya pengetahuan pangleakan dikatekorikan selaku pengetahuan yang negatif dan menyimpang, walau sebenarnya pengetahuan Pangleakan dalam bersejarahnya adalah tuntunan yang dari salah satunya kitab suci Hindu yaitu dari Atharwaweda, Ini ditunjukkan dalam Atharwaweda tertera mengenai pengetahuan sichir dan rahasia semesta alam dalam pengetahuan Pangleakan, namun pada perubahannya terutamanya pengetahuan pangiwa dipandang menyimpang dan negative dan condong pengetahuan hitam.

Oleh karenanya lewat artikel ini coba memberi kisah, pengin mengenali bila betul pengetahuan Pangleakan tuntunan hitam, kenapa dia berawal dari kitab Weda, walau sebenarnya tuntunan Weda mengajar mengenai dharma yang ke arah penglepasan (moksa).

Ilmu Pangleakan Menurut Masyarakat Hindu di Bali

pangiwa dan panengen merupakan dua cabang ilmu mistik bali yang saling melengkapi.
  • Kata Pangiwa, dengan asal kata "kiwa" dalam bahasa jawa kuno yang berarti kiri; kiwan; sebelah kiri, Ngiwa=nyalanang aji wegig (menjalankan aliran kiri), seperti; pengleakan penestian, menggal ngiwa= nyemak (melaksanakan) gegaen dadua (pekerjaan kiri dan kanan).
  • Kata Penengen berasal dari kata tengen berarti kanan, sering diidentikkandengan kebenaran, positif. Penengen sering diartikan ilmu putih atau lawandari pangiwa. 
Pangiwa dan panengen tidak jauh beda, yang merupakan dua ilmu mistikdi Bali Yang saling melengkapi antara ilmu hitam (pangiwa) dan ilmu putih (panengen).
Orang yang melaksanakan pangiwa bisa saja melaksanakan ilmu putih dan ilmu hitam, perbedaan antara pangiwa dan panengen, kalau panengen tidak mau melaksanakan aji wegig tetapi dia tau tentang aji wegig, kalau panengen itu lebih cenderung ke pengobatan dan penenangan diri seperti ajaran kebatinan positif salah satunya seperti yoga, meditasi dan kebanyakan orang yang mendalami panengen lebih cenderung menolong orang, TAPI kalau pangiwa sifatnya lebih cenderung menyakiti orang, lebih identik ke arah yang negatif karena kebanyakan oknum yang mendalami ilmu pangiwa menyalahgunakan ilmu kadiatmikan yang luar biasa hebat itu. Pangiwa itu banyak dalam pelajarannya mendalami sastra-sastra dan lontar-lontar yang di pelajari adalah sastra magic dan lontar-lontar yang ada di bali khususnya lontar waringinsungsang, baligodawa, kaputusan pudak setegal, kaputusan cambraberag dan lain-lain.

Ilmu pangiwa dan panengen adalah dasar ilmu kadharman
Artinya kalau ingin mempelajari kadharman, maka harus mengetahui pangiwa dan panengen terlebih dahulu, dengan mengetahui pangiwa dan panengen, maka mengetahui rahasia alam semesta, sehingga mencapai kesadaran dan sempurnalah menjadi seorang manusia.
Kalau kita logikakan apabila seseorang hanya memakai tangan kanan dalam kehidupan sehari-hari, tentu tidak seimbang, tapi jika kedua tangan digunakan dalam kehidupan sehari-hari, maka kedamaian dan keseimbangan pasti tercapai, begitu pula saat mempelajari ajaran kadiatmikan, tentunya harus mengetahui pangiwa dan panengen terlebih dahulu sehingga mengetahui kejelekan dan kebaikan, penyakit dan obatnya. Ketika kita sudah mengetahui kejelekan serta dampak yang akan diperoleh, maka kita tidak akan melaksanakannya, sehingga kebaikan dan dharmalah terus dijalankan untuk mencapai kebahagiaan dan keharmonisan.

Berbagai Macam Sarana Pangleakan

  1. Pengasih-asih. Ilmu Pengasih-asih terdapat dalam ajaran pangiwa, pengasih-asih merupakan pengasih terhadap seseorang. Pengasih-asih memiliki beberapa jenis yakni, pengasih merta, pengasih Asmara, pengasih kekebalan, kalau pengasih merta yakni memberikan sejenis penglaris mudah rejeki, kalau pengasih asmara yakni gunanya untuk menarik wanita atau pria agar sang pemakai disenangi oleh pria atau pun wanita tersebut. Pengasih kekebalan yang disebut juga bergolan yakni gunanya agar sang pemakai ditakuti atau agar orang lain tunduk terhadap sang pemakai. Pengasih-asih sarananya banyak bisa saja berupa rerajahan, bisa saja berbentuk alat perhiasan yg dipasupati dan lain-lain. Ada berbagai macam lontar yang memuat tentang pengasih-asih seperti Suwer Mas,Tanting Mas, Budha Kecapi, Mpu Bahula, Rama dewa, dan Arda Nareswari itulah beberapa lontar yang memuat mengenai pengasih-asih.
  2. Rerajahan, merupakan sarana dari pangleakan. Seseorang yang bisa ngeleak bisa juga menggunakan rerajahan, penggunaan rerajahan sudah tentu dengan cara membeli kepada gurunya yang memberikan ilmu pangleakan tersebut. Mereka hanya bisa melaksanakan apa yang diperintahkan oleh gurunya. Dengan demikian, mereka membeli rerajahan yang sudah jadi, sama seperti kita memebeli handphone kita tidak perlu lagi memikirkan bagaimana cara membuat handphone tersebut, langsung pakai saja secara instan. Cara memasang rerajahan inipun sama dengan cara memasang pepasangan hanya saja sarana (bahan) yang digunakannya berbeda. Pada umumnya rerajahan atau gambar yang digunakan teresebut sangat dirahasaian oleh guru ataupun Balian (dukun) penjual karena hal itu merupakan pendapatan yang luar biasa besarnya apabila dengan bantuannya itu yang di bantu dengan rerajahan tersebut berhasil.
  3. Cetik, yang berarti racun tersebut memiliki beberapa jenis cetik yakni ada yang bernama cadanggaleng, cetik buntek, cetik kerikan gangsa, cetik sukik, cetik sukik memiliki beberapa bagian juga yakni sukik brahma, sukik wisnu, dan sukik angin. Cetik yang gampang diperoleh yakni cetik kerikan gangsa atau (cetik kerawang) yang bahanya dibuat menggunakan bubuk kerawang (perunggu) bekas parutan gamelan. Cara memasangnya juga sangat sulit karena kadang-kadang bisa mengenai orang lain (salah sasaran), maka calon korbannya atau kalau orang yang akan dikenai juga lihai memiliki ilmu panengen atau pangiwa yang lebih tinggi tingkatnnya, cetik tersebut bisa mengenai pemasangnya. Dengan demikian, akan terjadi proses senjata makan tuan, tanda-tanda orang yang terkena penyakit cetik jenis ini, adalah cekehan (batuk-batuk) tubuhnya makin lama makin kurus dengan demikian, orang yang dikenai cetik jenis ini akan banyak mengahabiskan dana pengobatan dan akhirnya tidak dapat tertolong juga (meninggal). Cetik kebanyakan bersumber dari alam, contohnya ialah cetik lis busung yang dirajah yang dapat dipergunakan dengan mudah, dan banyak lagi bahan-bahan cetik yang bersumber dari alam.
  4. Pangleakan, Dasar kita beragama hindu di Bali percaya akan adanya konsep Rwa Bhineda, ada baik-buruk, ada hitam- putih dan ada pangiwa dan panengen. Pangleakan berasal dari ajaran pangiwa, leak yang berasal dari kata LI=lintang, AK= aksara Lintang aksara diartikan sebagai kekuatan dalam diri yang diperoleh dengan menarikan aksara dengan kekuatan jnana. Pangleakan bermanfaat bisa mengobati orang dengan ilmu pangleakan, bisa membantu orang dengan pangleakan, namun bila pangleakan dipergunakan untuk hal-hal yang tidak baik sangatlah mudah, karena jauh lebih gampang melaksankan hal yang tidak baik, berhubungan dengan konsep yoga yakni yoga kundalini teorinya mengatakan bahwa untuk membangkitkan api dalam diri mulai dari lubang anus dan alat kelamin itu disebut Numuladara cakra, kalau itu dimanfaatkan ditarik ke atas dan dibawa kedepan itulah yang disebut dengan pangleakan, kalau hal itu dimanfaatkan lewat tulang punggung adalah sumsuna idadanpindala itu ditarik naik ke Siwaduara (ubun-ubun) jadilah yoga murni untuk kebaikan dan mestinya pangleakan itu bisa digunakan untuk kebaikan.
Berhubungan dengan pangleakan yang memiliki sifat baik dan buruk, kalau kita menggunakan pangleakan untuk kebaikan ada yang disebut dengan Satwika, Tamasika, Rajasika, kalau kita menggunakan pangleakan yang identik dengan Rajasika dan Tamasika watak dari Rajasika sangat mirip dengan watak seorang raja yakni ingin menguasai segala sesuatunya dengan paksa waluaupun dengan cara tidak baik, diantara Rajasika setiap kita membicarakan masalah pangleakan apalagi digunakan untuk hal yang buruk cepat sekali dipengaruhi dengan sifat yang namanya TRIMEDA, itu tertuang dalam ilmu pangiwa salah sati ajaran yang Aje Wera (dirahasiakan) ada sifat Trimeda, yang dijabarkan ada tiga sifat yang tidak baik yaitu; Sasar, Lobha dan Murka; 
  • Sasar yang berarti sesat, 
  • Lobha yang berarti serakah, dan 
  • Murka yang berarti pamurtian dengan jalan ngeleak, ngeleakin dan ngelekas (berubah menjadi leak).
Berhubungan dengan hal itulah maka pangleakan dibenci oleh masyarakat banyak karena sering sekali pangleakan tersebut disalahgunakan atau ngewegig untuk mencelakai orang bahkan membunuh orang, memasang guna-guna, cetik, pengasih-asih dan Anesti Aneluh Anerangjana.

Ciri-ciri Leak

Berbicara mengenai ciri-ciri dan tanda-tanda orang bisa ngeleak,pandangan masyarakat yang cenderung tidak masuk akal alias salah kaprah. Sebab kesalah kaprahan ini sering menyebabkan cekcok di masyarakat. Dengan penjelasan yang salah maka kita akan menuduh orang dengan sembarangan. Mengenai ciri-ciri orang yang bisa ngeleak yang beredar di masyarakat, semua ciri yang dipaparkan diatas hanya dugaan yang kurang mendasar. Hanya sebuah kecurigaan pribadi. Siapa saja bisa sering berkedip, atau jarang berkedip karena fungsi dari kelopak mata yang melindungi mata dari kotoran-kotoran atau debu. Ubun-ubunnya botak (lengar) itu bisa karena faktor genetik, penyakit yang menyebabkan kerontokan pada rambut, atau salah menggunakan shampo yang menyebabkan kebotakan pada seseorang. Pada wajahnya terdapat bintik hitam, nah ini juga belum tentu dan masih perlu diuji kebenarannya. Siapa tahu orang itu terkena tilas (morbili virus) atau terkena penyakit kulit dan berbekas. Mengalihkan pembicaraan saat diajak berbicara, nah bagaimana kalau hal ini kebiasaan orang Bali yang pantang memandang orang tua bila sedang berbicara, bagaimana kalau matanya jereng dan bisa saja orang tersebut pemalu. BB (bau badan) bau badannya menyengat dan amis, ini juga salah kaprah. BB bukan disebabkan karena orang belajar ngeleak, namun mungkin karena orang itu memiliki bau keringat yang kurang harum. Sebab ciri-ciri yang dikemukakan tadi adalah ciri manusia hidup dan normal. Siapa saja bisa berpakaian kumal dan rambutnya gimbal karena jarang keramas yang disebabkan oleh faktor kemiskinan.

Belajar ilmu spritual atau leak tidak sama dengan belajar ilmu bela diri. Belajar ilmu bela diri seperti tinju, karate, dan lain-lain, maka akan nampak jelas ciri fisiknya. Orang yang bisa ngelak tidak akan nampak pada penampakan fisik yang sangat mencolok. Justru terkadang kita tidak menyangka orang tersebut bisa ngeleak. Bahkan sering terjadi hal yang sebaliknya. Jadi dengan demikian ciri non fisik dari orang yang bisa ngeleak bisa saja seperti; tidak sombong/menyombongkan diri, berpenampilan kalem dan mudah menolong sesama, berwajah cerah (aura) positif terpancar dari wajahnya, lemah lembut, rapi dan bersih dalam berpenampilan dan rajin sembahyang. Sifat ilmu leak ini sangat rahasia, dirahasiakan (Aje Wera) maka belajarnya pun sembunyi-sembunyi. Orang yang bisa ilmu ini biasanya tidak ada yang mau mengaku karena takut dicemooh oleh masyarakat banyak. 
Di Bali belum ada perguruan ilmu leak secara terbuka, sehingga untuk mempelajari ilmu ini sangat susah untuk mendapatkan guru yang mumpuni. 
Artinya jangan coba-coba mengatakan seseorang bisa ngeleak. Atau jangan gampang menuduh orang bisa ngeleak hanya berdasarkan ciri-ciri fisik tersebut. 
Jadi mengenai ciri-ciri orang bisa ngeleak sangat tidak sehat dan tidak baik di masyarakat sebab sekali orang sudah disangka bisa ngeleak oleh seseorang yang sentimen, maka predikat tersebut akan melekat seumur hidup dalam diri yang bersangkutan, bahkan setelah ia meninggal.

Implementasi Nilai Sosio Culture Pengetahuan Pangleakan

Tuntunan pengetahuan pangleakan adalah tuntunan yang diam-diam dalam masyarakat dan dapat disebutkan masih dirahasiakan (Aje Wera). Banyak warga memberi penilaian mengenai arti dari tuntunan yang dirahasiakan (Aje Wera).
Menurut Ida Pandita Manuaba (bangli), Pengetahuan pangleakan masih susah diaplikasikan secara terbuka sebab idenya masih Aje Wera, pengetahuan pangleakan sebuah tuntunan yang diturunkan beberapa tetua warga Bali ke semua manusia, terutamanya berkenaan proses evaluasi berkenaan hakekat rahasia semesta alam. Terkait berkenaan proses pengetahuan ini, membutuhkan banyak beberapa tahapan untuk menyingkap mistis dari pengetahuan itu, hingga jarang-jarang orang yang bisa mendapatinya, sebab tuntunan ini benar-benar mengagumkan dan spesial, karena itu memerlukan satu doktrin supaya tuntunan ini masih dirahasiakan (Aje Wera), karena bila diterbitkan langsung tuntunan ini tidak spesial kembali.

Implementasi Nilai Norma Pengetahuan Pangleakan

Bicara berkenaan norma, yang terkadung dalam norma yaitu nilai dan etika kepribadian yang tentukan perilaku manusia dalam hidupnya, norma ialah satu refleksi krisis dan logis berkenaan nilai dan etika kepribadian yang tentukan dan diwujudkan dalam sikap dan skema perilaku kehidupan manusia, baik secara individu atau barisan. Kata Norma memiliki kandungan pemahaman ilmu dan pengetahuan mengenai asas-asas ahlak/moral-moral (Poerwadarmita, 1976: 278).

Implementasi norma dalam pengetahuan pangleakan bisa disaksikan dari sikap seorang yang memiliki ilmu tentu orang itu umumnya memiliki sifat rendah hati dan tidak tinggi hati, seperti misalkan padi yang makin berisi makin merunduk. Sikap seorang yang sudah belajar pengetahuan kadiatmikan dengan jnana tinggi mereka condong berlaku lebih dewasa, baik dan ramah kesemua orang bahkan juga jadi anutan untuk beberapa orang, beda hal dengan perilaku orang yang berlagak tahu mengenai pengetahuan kadiatmikan mulutnya semakin lebih tinggi hati seperti "tong kosong keras bunyinya", yang kerap menipu seorang dengan panampilan luarnya saja.

Implementasi Nilai Seni Pengetahuan Pangleakan

Seni berarti keelokan, memiliki pemahaman yang serupa dengan seni budaya tersebut yang mana seni budaya itu adalah jika dilihat dari sisi etimologinya, kata seni budaya berasal dari 2 suku kata yakni seni dan budaya. Seni berarti cantik, lembut dan mulia (Purwadarminta, 1976). Sedang budaya yang bermakna semua dari hasil cipta karsa manusia yang dibuat dengan tangan (Budiono, 2009).

Pengetahuan pangleakan memakai fasilitas berbentuk guratan tangan yang berbentuk gambar atau aksara suci yang disebutkan dengan rerajahan, gambar rerajahan yang didapat dari belajar pengetahuan pangleakan ada kreasi seni manusia yaitu berbentuk seni gambar gambar yang berharga religius yang dipakai belajar pengetahuan pangleakan. Jelas sudah jika dalam pengetahuan pangleakan ada nilai seni yang diaplikasikan lewat kreasi seni, seni gambar yang berbentuk guratan tangan manusia yang berupa gambar atau aksara suci yang memiliki kemampuan religius.

Arti Pengetahuan Pangleakan Untuk Masyrakat Hindu

  • Makna Sarana. fasilitas upacara adalah tempat atau satu alat untuk capai satu arah. Seperti kita akan minta air dengan tangan kosong karena itu arah kita tidak segera dapat tercukupi dengan optimal, tetapi jika kita mempunyai tujuan minta air, memakai gelas atau alat yang bisa memuat air karena itu arah kita bisa tercukupi dengan optimal. Demikianlah ibaratnya fasilitas ritus yang dipakai dalam tiap ritus upacara di Bali yang memiliki sifat bebas, namun berlomba pada refrensi sastra-sastra suci Hindu.
  • Makna Kebahagian dan Keharmonisan, dalam pengetahuan pangleakan segera dapat didapat, jika yang berkaitan sudah capai tingkat pangleakan paling tinggi (leak sari) dan tidak melakukan perbuatan negatif pada seorang dengan sakiti orang, berikut inibeberapa penglihatan capai kebahagian dalam pengetahuan pangleakan.
  • Makna Kebebasan. seorang yang pelajari ilmun pangleakan secara dalam dengan tuntunan dharma dan tidak membunuh, ugig dan melakukan perbuatan tidak bagus, tentu saja bakal ada hasil yang didapat yaitu kebebasan atau moksa di dunia atau di akhiratnya kelak, bahkan juga orang itu sanggup mengenali, tentukan kematian dan mengetahui kapan ia akan diundang ke arah jalan panglepasan yang khusus untukmencapai kebebasan yang khusus yakni tidak alami punarbawa (kelahiran kembali), tetapi ia akan bersatu dengan Tuhan Yang Maha Esa.
  • Makna Pendidikan, yang ada dalam pengetahuan pangleakan adalah, tidak ada langkah yang instant untuk pandai dalam pelajari satu pengetahuan apa saja, apa lagi pengetahuan spiritual. Kita selaku warga seharusnya jaga dan melestarikan suatu hal yang sudah jadi peninggalan budaya dari nenek moyang kita yang terdahul, supaya bisa bermanfaat secara baik dan sesuai tuntunan agama.

Ringkasan Mengenai Pengetahuan Leak

Pengetahuan pangleakan yang dihidupkan lewat kanda pat pangleakan bisa dibuat jadi hal yang bagus dan jelek bergantung dari pelaku yang jalankan pengetahuan itu. Pangleakan mempunyai fasilitas-sarana yaitu lewat pangasih-asih, rerajahan, cetik dan pangleakan tersebut. Pangleakan mempunyai tahapan-tahapan ilmunya. Selanjutnya warga melihat tidak ada beberapa ciri spesial dari seorang yang dapat ngeleak, yang menyebabkan pembunuhan watak pada seorang, tetapi menjelaskan jika perwujudan leak lah yang memiliki beberapa ciri bukan seorang yang belajar pengetahuan pangleakan yang memiliki beberapa ciri itu. Selanjutnya beberapa cerita berkenaan pengetahuan pangleakan, diantaranya narasi Ki Balian Batur, yang paling populer dalam pangleakannya.

Pengetahuan pangleakan tidak perlu disaksikan selaku satu segi yang jelek atau negatif. Pengetahuan yang cenderung kesisi negatif itu, merealisasikan pernyataan pengetahuan hitam yang selalu dikonotasikan hitam, jelek, jahat, negatif, walau sebenarnya pengetahuan pangleakan itu memiliki sifat fleksible bergantung pemakainya, dipakai menuju positif atau negatif.

Implementasi pengetahuan pangleakan yang terbagi dalam implementasi dari pemikiran sosio culture, norma dan seni. Implementasi pengetahuan pangleakan dalam masyarakat masih dirahasiakan (Saja Wera), sebab dalam pengetahuan pangleakan yang bicara permasalahan jnana dan pengetahuan mengenai kemampuan Tuhan. Selanjutnya implementasi nilai pengetahuan pangleakan dari pemikiran norma melihat pengetahuan pangleakan mempunyai nilai kepribadian yang tinggi sebab dalam pengetahuan pangleakan ada kaidah/ beberapa aturan yang mengikat pengetahuan pangleakan menuju yang positif. Implementasi nilai pengetahuan pangleakan dari pemikiran seni (seni) tercantum pada kreasi seni manusia yang berbentuk guratan tangan yang berbentuk gambar dan aksara suci yang dipakai dalam fasilitas pangleakan, dan terciptanya narasi rakyat yang diluapkan dalam panggung seni tari, seperti narasi berkenaan Calon Arang yang dipentaskan dalam pagelaran seni yang selanjutnya jadi kebudayaan, peninggalan yang pantas dijaga dan dilestarikan selaku kesenian Bali.

Terbagi dalam bagian-bagian, yakni arti fasilitas, arti kebahagian dan keserasian, arti kebebasan dan arti pengajaran, jadi benar-benar mengagumkan tuntunan pengetahuan pangleakan di kehidupan warga, jika semuanya diakui dan diamati secara baik tidak, pahaminya setengah-setengah, sebab pada intinya tidak ada pengetahuan yang karakternya negatif, bergantung dari orang yang jalankan pengetahuan itu.

pengetahuan pangleakan harus kita ketahui, sebab adalah tuntunan nenek moyang warga Bali yang sudah diturunkan turun-temurun yang perlu dilestarikan dan masih jadi satu identitas kebudayaan Bali, jadi pantas dijaga, untuk orang yang mempunyai teks-teks lontar berkenaan pengetahuan pangleakan perlu di rawat secara baik meskipun malas untuk pelajarinya. Dengan memiara teks-teks itu, bermakna sudah turut jaga kebudayaan Bali yang paling bernilai dan memberikan rasa bhakti pada beberapa nenek moyang.

Tuntunan pangleakan bukan tuntunan yang negatif, bila didalami secara benar sesuai dharma dan agama karena itu, kebahagian dan keserasian akan terwujud,begitupun kebalikannya. Bila pengin pelajari pengetahuan pangleakan ini, diinginkan supaya cari seorang guru yang benar-benar mengenali secara penuh pengetahuan pangleakan ini, supaya tidak salah arah menuju yang negatif dan bikin rugi seseorang, begitupun untuk penekun pengetahuan pangleakan ini supaya, diinginkan tidak untuk menyalah pakai tuntunan ini untuk sakiti orang, tetapi supaya menggunakan tuntunan ini untuk membantu, menaungi, membuat perlindungan sama-sama supaya terbentuknya pencitraan yang positif sesuai pengetahuan pangleakan yang mengajar mengenai kebaikan dan dharma.

Baca Juga
Posting Komentar