Rahina Anggar Kasih
Tiap–tiap golongan manusia yang ada di dunia ini, baik sebagai warga dari suatu negara atau bangsa, maupun sebagai penganut dari suatu agama. Masing-masing mempunyai hari raya tertentu yang dianggap suci (keramat) dan mulia, yang tidak dilewatkan begitu saja tanpa disertai dengan suatu upacara perayaan (peringatan), meskipun hanya secara sederhana.
Hari-hari suci bagi umat Hindu, ialah suatu hari yang dipandang suci, karena pada hari-hari itu umat hindu wajib melakukan pemujaan terhadap Hyang Widhi Wasa (Tuhan yang Maha kuasa) beserta segala manifestasi Nya.
Hari- hari suci pada hakekatnya merupakan hari-hari peyogaan Hyang Widhi dengan segala manifestasi-Nya. Oleh karena itu pada hari-hari tersebut merupakan hari-hari yang baik untuk melakukan Yadnya.Penentuan rerahinan (hari suci,red) dalam mitologi umat Hindu umumnya didasarkan oleh pertemuan wewaran atau pembagian hari dalam sistem penanggalan Hindu.
Yadnya ini dilakukan oleh umat manusia. Sebagai penghormatan dan pemujaan terhadap hyang Widhi (Tuhan Maha Pecipta), atas segala cinta kasih-Nya yang tidak terbatas yang telah dilimpahkan-Nya dan atas sinar suci atau rahmat-Nya kepada semua kehidupan di dunia ini.
Mengenai hari-hari suci agama Hindu jumlahnya terbilang cukup banyak dan memiliki makna beragam. Sebutlah rerahinan yang jatuh pada Anggara (Selasa,red) Kliwon dimana oleh umat Hindu, hari ini disebut dengan rahina Anggar Kasih.
Adapun ragam rahina Anggar Kasih ini dalam sistem kalender Bali ditentukan oleh Wuku yang menyertai hari tersebut. Jika Anggara Kliwon jatuh pada Wuku Julungwangi maka masyarakat Hindu di Bali menyebutnya sebagai Rahina Anggar Kasih Julungwangi. Begitupula halnya dengan Anggara Kliwon saat Wuku Dukut, yang oleh masyarakat Hindu di Bali disebut sebagai Rahina Anggar Kasih Dukut.
Pada hari ini meyoga Ida Sang Hyang Ludra, untuk membasmi segala kekotoran (leteh-letuh) di bumi, termasuk kekotoran tubuh, lahir dan batin. Widhi-widhana berupa canang reresik, canang puspa wangi-wangian, menyan astanggi dan asap harumdihaturkan ke hadapan Dewa Sang Hyang Ludra, untuk mohon belas kasihnya melebur dan membersihkan segala kekotoran dan kenistaan. Selesai bersembahyang dilakukan metirtha gocara.
Dewa Rudra dikenal sebagai manifestasi Ida Sang Hyang Widhi untuk melebur segala sesuatu, termasuk kekotoran yang terdapat dalam jiwa manusia dan dunia ini. Rudra adalah dewa menurut Regveda yang diasosiasikan dengan kekuatan angin atau badai, dan pemburu. Rudra sering juga disamakan dengan salah satu dewa tertinggi umat Hindu yaitu Dewa Siwa.
Dewa Rudra merupakan penguasa arah barat daya (Nairiti), bersenjata Moksala, wahananya (kendaraan) kerbau, shaktinya Dewi Samodhi/Santani, aksara sucinya “Ma”. Dan di Bali, beliau dipuja di Pura Uluwatu,Badung
Dibalik mitologi Hari Selasa Kliwon atau Anggar Kasih sebagai hari suci untuk menghaturkan sembah puja kehadapan Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasi-Nya sebagai Dewa Ludra, tidak sedikit masyarakat meyakini Hari Selasa Kliwon dalah hari yang memiliki keistimewaan tersendiri.
Sebutlah kelahiran pada Selasa Kliwon diyakini sebagai pribadi yang penuh kasih. Umumnya, mereka yang lahir pada hari ini dicintai dan disayangi banyak orang. Begitu keramatnya hari tersebut, sampai-sampai mayat serta makam mereka yang meninggal pada Selasa Kliwon dijaga selama 40 hari.
Perihal adanya keyakinan untuk menjaga makam serta mayat dimaksud tiada lain berhubungan erat dengan pelaksanaan ritual-ritual tertentu seperti, mencari Pesugihan atau memperdalam ilmu kebatinan. Konon salah satu bagian tubuh atau tali pocong mayat tersebut dapat dipergunakan untuk ajimat.
Entah benar atau tidak, belum ada fakta kuat yang mendukung keyakinan tersebut. tiada yang bisa mengungguli kekuatan serta ke- Maha Esa-an Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa.
Salah satu sumber kekuatan manusia adalah keyakinan dan, keyakinan itu ada karena rasa percaya. Sayangnya, di era serba modern ini, sebagian besar rasa percaya yang dimiliki manusia itu terlahir dari mata dan bukan dari hati, sehingga banyak dari kita begitu mudahnya tertipu dan terjerumus dalam sebuah kenistaan.
Ingatlah, terkadang hati bisa melihat apa yang tidak bisa terlihat oleh mata oleh karenanya bangunlah sebuah keyakinan atas apa yang kita rasakan bukan dari apa yang kita lihat.
(sumber babadbali)