Tujuan Akhir Hidup Keduniawian
Tujuan akhir hidup di atas bumi adalah untuk menyadari Jati Diri, pencapaian yang sangat sulit, melalui sadhana yang ajeg tanpa kenal putus asa. Dalam samadhi, setiap jiwa menemukan Ketuhanannya, Realitas Absolut, Tuhan yang kekal, Sang Pribadi yang ada di luar waktu, bentuk dan ruang.
Realisasi atman adalah realisasi Brahman, dapat dicapai melalui renunsiasi; penolakan atau penyangkalan terhadap semua yang maya. Dunia beserta isinya disebut "mayapada" karena sifatnya yang maya. Penyangkalan tidak berarti meninggalkannya secara fisik, tetapi melepaskan diri dari keterikatan padanya dengan terus bermeditasi pada apa yang menjadi tujuan akhir dan membakar benih-benih karma yang masih bertunas. Ini adalah pintu gerbang menuju moksha, pembebasan dari punarbhawa. Atman berada di luar perkiraan pikiran, di luar perasaan yang alami, di luar aksi atau pergerakan bahkan bagian tertinggi dari kesadaran pikiran. Atman jauh lebih halus daripada sebuah inti atom, lebih sukar dipahami daripada ruang hampa, lebih mendalam daripada pikiran dan perasaan. Ini realitas terakhir diri kita, Kebenaran terdalam yang dicari-cari semua pencari Brahman. Ini adalah suatu yang paling berharga untuk diperjuangkan. Ini perjuangan bernilai tinggi yang dijalani dengan susah payah untuk membawa pikiran di bawah perintah kehendak. Setelah Atman disadari, pikiran terlihat sebagai sesuatu yang maya, dan begitulah sesungguhnya. Karena Kesadaran Atman harus dialami di dalam tubuh fisik, putaran jiwa kembali lagi dan lagi ke dalam badan jasmani untuk menari bersama Brahman, hidup bersama Brahman dan akhirnya manunggal dengan Brahman, menyatu dalam keesaan-Nya. Ya, Atman kita sebenarnya adalah Brahman. Seperti yang digambarkan di dalam Veda, bahwa manunggalnya Atman dan Brahman bagaikan air dituangkan ke dalam air, susu dituangkan ke dalam susu, api disulutkan ke dalam api, udara dihembuskan ke dalam udara, menjadi satu tanpa diferensiasi, jiwa individual dan Jiwa Tertinggi manunggal. sumber mangku suro
Realisasi atman adalah realisasi Brahman, dapat dicapai melalui renunsiasi; penolakan atau penyangkalan terhadap semua yang maya. Dunia beserta isinya disebut "mayapada" karena sifatnya yang maya. Penyangkalan tidak berarti meninggalkannya secara fisik, tetapi melepaskan diri dari keterikatan padanya dengan terus bermeditasi pada apa yang menjadi tujuan akhir dan membakar benih-benih karma yang masih bertunas. Ini adalah pintu gerbang menuju moksha, pembebasan dari punarbhawa. Atman berada di luar perkiraan pikiran, di luar perasaan yang alami, di luar aksi atau pergerakan bahkan bagian tertinggi dari kesadaran pikiran. Atman jauh lebih halus daripada sebuah inti atom, lebih sukar dipahami daripada ruang hampa, lebih mendalam daripada pikiran dan perasaan. Ini realitas terakhir diri kita, Kebenaran terdalam yang dicari-cari semua pencari Brahman. Ini adalah suatu yang paling berharga untuk diperjuangkan. Ini perjuangan bernilai tinggi yang dijalani dengan susah payah untuk membawa pikiran di bawah perintah kehendak. Setelah Atman disadari, pikiran terlihat sebagai sesuatu yang maya, dan begitulah sesungguhnya. Karena Kesadaran Atman harus dialami di dalam tubuh fisik, putaran jiwa kembali lagi dan lagi ke dalam badan jasmani untuk menari bersama Brahman, hidup bersama Brahman dan akhirnya manunggal dengan Brahman, menyatu dalam keesaan-Nya. Ya, Atman kita sebenarnya adalah Brahman. Seperti yang digambarkan di dalam Veda, bahwa manunggalnya Atman dan Brahman bagaikan air dituangkan ke dalam air, susu dituangkan ke dalam susu, api disulutkan ke dalam api, udara dihembuskan ke dalam udara, menjadi satu tanpa diferensiasi, jiwa individual dan Jiwa Tertinggi manunggal. sumber mangku suro