Filosofi Ngaturang Ayah Orang Bali
Sesuai dengan apa yang tercantum dalam Bhagawad Gita ketika Krisna berkata pada Arjuna “ Bekerjalah kamu dan bukan pada hasil dari karyamu “ , artinya bekerjalah tanpa beban, tanpa tekanan, tanpa stress, tanpa target, tanpa terpusat pada tujuan. Target, tujuan, adalah beban adalah stress yang akan menguras banyak energy. Oleh karena itu bekerjalah karena pekerjaan itu sendiri, demi pekerjaan itu sendiri dan untuk pekerjaan itu sendiri. Itulah etos yang tersirat dalam ngayah
Kerjakanlah dengan sebaik-baiknya pekerjaan itu, dengan segala ketenangan dengan seluruh kemampuan yang ada , jangan terganggu kosentrasinya oleh iming-iming nilai hasil yang dicapai. Maka pekerjaan itu akan melahirkan sebuah masterpiece.
Disinilah kuncinya kenapa semeton krama
Ini bukan pelestarian budaya. Budaya bukan tanaman langka, bukan satwa langka yang bisa punah. Budaya tidak butuh pelestarian. Budaya harus dihidupi, budaya adalah kehidupan, adalah sebuah dinamika yang hidup. Budaya adalah sebuah lautan kehidupan. Kalau ingin menyelami maka kita harus terjun dan hidup didalamnya. Hiduplah sebagai semeton krama Bali, hiduplah dengan konsep hidup semeton krama Bali, hiduplah dengan Tri Hita Karana, berpusatlah kepada Prahyangan dan lakoni prinsip ngaturang ayah. Maka taksu budaya itu akan hidup lagi, akan mengalir lagi seperti mata air yang tak pernah berhenti. Budaya itu akan tumbuh dan mengembang harum dan semerbak.
Prinsip ngaturang ayah bukan hanya berlaku untuk di Pura, di Banjar. Tapi disetiap pekerjaan, baik sebagai guru, baik sebagai tenaga kesehatan, sebagai karyawan perusahan, tentara, polisi, guide dan sebagainya. Kita mengabdi pada pekerjaan itu sendiri. Semua pekerjaaan mulia adanya. Tidak ada pekerjaan yang hina. Sepanjang etos ngaturang ayah dilakoni.
Alam ini selalu mendorong orang untuk bekerja, pekerjaan itu adalah untuk alam sendiri, manusia sebagai pelakunya. Kalau manusia bekerja untuk dirinya sendiri, untuk kelompoknya sendiri maka ia akan mengacuhkan alam ini, ia akan cendrung dekstruktif, cendrung merusak, ia cendrung serakah, cendrung tidak berkualitas, cendrung tidak berbudaya.
Di tengah-tengah orang-orang bodoh seperti itu maka taksu pekerjaan itu hilang, cahaya budaya itu sirna. Orang –orang itu tidak menyadari bahwa hidupnya hanya sementara, sebenarnya ia hanya memindahkan sesuatu materi dari tumpukan yang satu ke tumpukan yang lain. Ia tidak menggali nilai, ia tidak merengkuh nilai, ia tidak menemukan nilai. Kadang –kadang saat ini menumpukan lebih banyak, tapi besok akan kehilangan lebih banyak. Hidup ini seperti roda yang berputar. Kadang- kadang diatas, kadang –kadang dibawah. Semeton krama
Mengabdikan diri pada pekerjaan demi pekerjaan itu sendiri adalah proses yoga. Adalah sebuah proses meditasi. Adalah sebuah proses tapa. Adalah proses pendidikan diri, proses evolusi rochani, proses pembebasan dari suka dan duka, proses menemukan nilai, proses menuju kebahagiaan.
Karena jika orang bekerja demi untuk pekerjaan itu sendiri, maka ia akan menemukan jati dirinya, menemukan warna hidupnya, menemukan nilai-nilai luhur Pawongan dalam dirinya, menemukan kepuasan dan kebahagiaan. Jika nilai-nilai mulia Pawongan ini tidak ditemukan dalam pekerjaan maka orang akan jenuh, bosan dan merasa muak dengan pekerjaannya. Pekerjaannya menjadi tidak berkualitas, pekerjaan sekedar hanya memenuhi tuntutan atasan, tugas perusahan. Pekerjaan tidak mengembang. Karena pekerja tidak menemukan dirinya, tidak menemukan sisi kemanusiaannya disitu, Dia merasa sebuah mesin, sebuah robot otomatis. Berapapun gaji imbalan yang diprolehnya, jika ia tidak menemukan sisi kemanusiaan dirinya dalam pekerjaan itu maka ia akan menjadi jenuh, bosan atau sakit. Orang akan merasa puas jika dapat mengekspresikan nilai-nilai luhur kemanusiaan dalam pekerjaan.
Menurut semeton krama
Demikian ngaturang ayah adalah mengabdikan diri terhadap pekerjaan. Bekerja untuk pekerjaan itu sendiri. Karena pekerjaan itu adalah Titah. Adalah mandat. Titah Sang Hyang Kawi. Apapun pekerjaan semeton, apapun profesi semeton, dimanapun semeton bekerja semua itu adalah titah Sang Hyang Kawi. Lakukan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya, jangan menyalah gunakan mandat. Ketahuilah bahwa Hyang Widhi bersama semeton dalam pekerjaan itu. Beliau sedang menguji apakah semeton tidak menyalah gunakan mandat. Apakah semeton tidak melanggar titah. Jika semeton teguh dalam tugas tersebut, maka semeton akan menemukan keajaiban-keajaiban yang sulit dijelaskan dengan akal. Itu berarti semeton sudah semakin dekat denganNYA. Dengan Sang Maha Pengasih. Demikian Tuhan adalah maha rahasia. The God is super silence. Bekerja dengan etos ngaturang ayah adalah sebuah jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Demikianlah menjadikan pekerjaan sebagai sebuah meditasi. Semeton krama
Begitu pula semeton krama