Keringkihan Hati
kutas tva kasmalam idam
visame samupasthitam,
anaryajustam asvargyam
akirtikaram arjuna.
Pada saat kesulitan seperti ini, darimanakah kedukaan dan kelemahan hati datang, dan sesungguhnya bukan sifat kesatria, tidak luhur, menyebabkan tidak dapat mencapai surga, memalukan, serta menjauhkan diri dari orang, wahai Arjuna.
Kosakata:
Kutastva = bila terhadapmu.
Kasmalam = dalam kesulitan.
Idam = ini.
Visame = kelemahan hati.
Samupasthitam = telah datang, tiba.
Anaryajustam = tidak bersifat Arya (kesatria).
Ajustam = tidak luhur, tidak kesatria.
Asvargyam = menyebabkan tidak dapat mencapai surga.
Akirtikaram = perbuatan yang memalukan, tidak terpuji.
Pada saat kita dihadapkan pada situasi krisis, mengalami kesulitan dalam banyak hal, seringkali dilanda kedukaan dan keringkihan hati, karena setiap sikap atau keputusan yang akan diambil tetap penuh dengan resiko. Tetapi apapun alasannya, keringkihan hati bukan sifat orang Hindu yang mengaku kesatria berpegang teguh kepada dharma Weda, dan sungguh memalukan, jika sampai “menyerah” lalu melakukan adharma dengan alasan ... terpaksa ...
Kesulitan hidup, keringkihan hati, membawa manusia ke dalam kehampaan jiwa dan kehilangan makna dari sebuah pemujaan kepada Brahman. Keluhan atas segala bentuk kegagalan harus di lihat sebagai kesempatan yang paling berharga untuk membiarkan Brahman mengisi hidup kita, membiarkan Brahman menari di dalam kita, karena pada hakekatnya semua pergerakan adalah tarian Brahman. Dengan membawa semua bidang pikiran kita untuk mengikuti dengan anggun setiap tarian Brahman yang sedang berlangsung, maka semua derita berubah menjadi sukacita.
Acapkali disebabkan karena keringkihan hati kita, di dalam acara pemujaan kita lebih banyak menghiba daripada memuja, acara pemujaan berubah menjadi acara penghibaan. Ketakutan dan kekhawatiran menyergap, di satu pihak hal itu disebabkan karena kita tidak tahu apa yang akan dikodratkan Brahman kepada diri kita, dan kita tidak tahu lagi apa yang terbaik bagi kita.
Jika jawabannya tidak bisa ditemukan di dalam pikiran kita, temukanlah di dalam Brahman dengan mengikuti pergerakan-Nya seperti apa adanya, ikutilah dengan anggun, niscaya jawaban itu akan segera ditemukan. Mari kita renungkan bersama. Sumber Sraddha on Facebook
visame samupasthitam,
anaryajustam asvargyam
akirtikaram arjuna.
Pada saat kesulitan seperti ini, darimanakah kedukaan dan kelemahan hati datang, dan sesungguhnya bukan sifat kesatria, tidak luhur, menyebabkan tidak dapat mencapai surga, memalukan, serta menjauhkan diri dari orang, wahai Arjuna.
Kosakata:
Kutastva = bila terhadapmu.
Kasmalam = dalam kesulitan.
Idam = ini.
Visame = kelemahan hati.
Samupasthitam = telah datang, tiba.
Anaryajustam = tidak bersifat Arya (kesatria).
Ajustam = tidak luhur, tidak kesatria.
Asvargyam = menyebabkan tidak dapat mencapai surga.
Akirtikaram = perbuatan yang memalukan, tidak terpuji.
Pada saat kita dihadapkan pada situasi krisis, mengalami kesulitan dalam banyak hal, seringkali dilanda kedukaan dan keringkihan hati, karena setiap sikap atau keputusan yang akan diambil tetap penuh dengan resiko. Tetapi apapun alasannya, keringkihan hati bukan sifat orang Hindu yang mengaku kesatria berpegang teguh kepada dharma Weda, dan sungguh memalukan, jika sampai “menyerah” lalu melakukan adharma dengan alasan ... terpaksa ...
Kesulitan hidup, keringkihan hati, membawa manusia ke dalam kehampaan jiwa dan kehilangan makna dari sebuah pemujaan kepada Brahman. Keluhan atas segala bentuk kegagalan harus di lihat sebagai kesempatan yang paling berharga untuk membiarkan Brahman mengisi hidup kita, membiarkan Brahman menari di dalam kita, karena pada hakekatnya semua pergerakan adalah tarian Brahman. Dengan membawa semua bidang pikiran kita untuk mengikuti dengan anggun setiap tarian Brahman yang sedang berlangsung, maka semua derita berubah menjadi sukacita.
Acapkali disebabkan karena keringkihan hati kita, di dalam acara pemujaan kita lebih banyak menghiba daripada memuja, acara pemujaan berubah menjadi acara penghibaan. Ketakutan dan kekhawatiran menyergap, di satu pihak hal itu disebabkan karena kita tidak tahu apa yang akan dikodratkan Brahman kepada diri kita, dan kita tidak tahu lagi apa yang terbaik bagi kita.
Jika jawabannya tidak bisa ditemukan di dalam pikiran kita, temukanlah di dalam Brahman dengan mengikuti pergerakan-Nya seperti apa adanya, ikutilah dengan anggun, niscaya jawaban itu akan segera ditemukan. Mari kita renungkan bersama. Sumber Sraddha on Facebook